Terkini Lainnya

Sunday, August 4, 2019

Timbunan Proyek Perumahan Tutup Saluran Irigasi Persawahan, Petani Sembung Ancam Blokir Jalan !!

IRIGASI RUSAK. Seorang petani tengah berupaya membenahi irigasi pertanian yang rusak akibat timbunan tanah proyek perumahan di Desa Sembung, Lombok Barat. (Istimewa)


LOMBOK BARAT - Para petani di wilayah Desa Sembung, Kecamatan Narmada, Lombok Barat kian menderita, menyusul timbunan proyek pembangunan perumahan Sembung Palace yang dilakukan oleh PT Maulana Raya Lombok telah menutup saluran irigasi yang mengairi areal persawahan mereka.

Para petani pun mengancam akan memblokir jalan masuk perusahaan developer, yang kini tengah membangun kawasan perumahan, tak jauh dari area persawahan di wilayah setempat.

Inaq Kadek, warga dusun Dasan Kebon, Desa Sembung mengaku kesal atas ulah perusahaan.

Menggunakan alat berat mereka terus melakukan penimbunan tanah di areal persawahan tersebut.

Menurut wanita paruh baya itu, dirinya sempat bersitegang dengan karyawan perusahaan agar mereka menghentikan aktivitas mereka. Namun permintaan ini, ditolak.

“Wajarlah, kita kesal dan berencana melakukan aksi blokir, karena sudah banyak petani di Sembung kesulitan mengairi sawah mereka karena irigasi rusak akibat adanya aktivitas penimbunan tanah tersebut,” ujar Inaq Kadek, Minggu (4/8) di Desa Sembung.

Ia mengatakan, sebenarnya para petani, hanya meminta kepada pihak perusahaan, agar timbunan pembangunan kawasan perumahan, tidak menutup saluran air yang mengairi persawahan mereka.

Sebab, saluran air ini sangat penting bagi petani, untuk melakukan penanaman padi di area persawahan. Jika saluran air ditutup, para petani memastikan tidak akan bisa mengolah padi sawah mereka.

"Asal itu sudah difungsikan saluran ke sana, tidak ada masalah. Jadi tanahnya mau dia timbun atau mau diapakan, tidak mungkin (kami) mau ganggu gugat. Jadi karena ini, tanaman padi kita terancam bisa gagal panen,” kata Inaq Kadek.

Ditempat sama, Amaq Murni, salah satu petani asal dusun Karang Anyar, Sembung Barat, mengaku, jika dirinya dan belasan petani lainnya kini, terpaksa harus membuat ulang saluran irigasi akibat saluran irigasi sebelumnya rusak akibat proyek perumahan.

Sejak proyek tersebut mulai berjalan, Amak Murni sudah mengkhawatirkan nasib sawah yang sehari-hari digarap olehnya.

Betul saja, proyek tersebut merusak irigasi dan membuat padi di sawah kesulitan mendapatkan air.

Amak Murni terpaksa harus beralih menanam singkong. Bahkan dia juga membuat saluran irigasi sendiri sebagai alternatif mengairi sawah.

"Lihat saja sekarang kondisi sawah kita, sangat kering. Dulu sebelum ada proyek itu sawah selalu banyak air. Sekarang irigasi rusak," jelasnya.

Amak Murni di tengah teriknya panas matahari, terus memacul tanah membuat saluran irigasi.

Meskipun saluran irigasi buatannya mengairi air yang tidak sebanyak saluran irigasi sebelumnya. "Mau gimana lagi pak. Padahal saya sudah lama bertani. Apalagi ini di daerah subur," kata dia.

Diduga, saluran irigasi milik petani sengaja dirusak agar petani mau menjual sawah mereka pada pengembangan.

Sawah yang digarap Anak Murni sendiri, memang bukan miliknya, namun dia menggarap sawah milik orang, di mana pemilik sawah tersebut enggan menjual sawahnya pada pengembang.

"Ini sawah sudah beberapa kali ditawarkan untuk dibeli. Tapi pemiliknya enggak mau, karena ini daerah subur," jelasnya.

Memang benar sawah di Desa Sembung merupakan lahan produktif yang seharusnya bebas dari pembangunan perumahan.

Lahan tersebut juga merupakan sawah berkelanjutan atau sawah abadi yang tidak boleh digusur untuk proyek permanen.

Hingga berita ini dipublish pihak pengembang PT Maulana Raya Lombok belum bersedia dikonfirmasi. MP/Tim

No comments:

Post a Comment