SUMEDANG - Penjabat Sekda Provinsi NTB, Ir H Iswandi resmi menyandang gelar Doktor, setelah mengikuti sidang promosi Doktor Ilmu Pemerintahan Program Pascasarjana IPDN Institut Pemerintah Dalam Negeri (IPDN), Kamis (29/8) di kampus IPDN, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.
Mengangkat disertasi berjudul “Pengaruh Karakter Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Efektifitas Implementasi Kebijakan Pro Poor di NTB”, pemikiran Iswandi untuk penanggulangan kemiskinan lulus dengan predikat baik dari Tim Penguji.
Pengumuman Hasil Ujian (Yudisium) Disertasi dan penyerahan Surat Keterangan Lulus Ujian Doktor disampaikan oleh Rektor IPDN Prof Dr Prof Murtir Jeddawi.
"Kita berharap kinerja penanggulangan kemiskinan di NTB akan lebih progresif (ke depan), sehingga percepatan penurunan penduduk miskin lebih tinggi lagi," kata Rektor IPDN Prof Dr Prof Murtir Jeddawi.
Kepada wartawan usai sidang promosi Doktor, Sekda NTB Dr Ir H Iswandi mengatakan, tentunya hasil penelitian atau disertasi yang dilakukan diharapkan memberi kontribusi terhadap percepatan penanggulangan kemiskinan di Provinsi NTB.
"Disertasi itu melihat penanggulangan kemiskinan yang kita jalani selama ini menjadikan pendekatan ekonomi sebagai panglima. Indikator makro ekonomi menjadi rujukan utamanya. Wajah kemiskinan kita pun ikut fluktuatif sesuai pasang surutnya indikator makro ekonomi yang berkembang," kata Iswandi.
Iswandi menegaskan, pendekatan selama ini sudah cukup baik. Tidak ada yang salah dengan pendekatan ekonomi tersebut.
Untuk jangka pendek, pendekatan ekonomi ini bisa menjawab persoalan kemiskinan dengan cepat.
"Tetapi kita perlu satu pendekatan yang bersifat jangka panjang dan mampu mengatasi kemiskinan secara lebih mendasar dan lebih berkelanjutan," katanya.
Merujuk disertasinya, Iswandi menekankan perlunya satu pendekatan yang tidak semata-mata melihat orang miskin sebagai data statistik, dan obyek sasaran aneka rupa bantuan dan program pembangunan.
"Point pentingnya ialah satu pendekatan yang mampu memberikan kepastian orang miskin tumbuh dengan memiliki daya tahan (survivalitas) yang kuat," jelasnya.
Bukan saja kuat menahan kemiskinannya, paparnya, tetapi juga kuat untuk berjuang keluar dari garis kemiskinannya secara mandiri dan bertanggung jawab.
Kemampuan survivalitas orang miskin ini, menurut Iswandi harus menjadi indikator penting dalam cara pandang penanggulangan kemiskinan.
Sebab, daya tahan yang kuat akan menjadi pondasi yang kuat bagi orang miskin mengelola diri dan lingkungannya.
"Sehingga secara invidual maupun kolektif, orang miskin mampu merespon kemiskinannya dengan respon yang sehat dan produktif," katanya.
Ia menambahkan, daya tahan yang kuat itu sekaligus merefleksikan karakater diri orang miskin yang kuat pula. Dan itulah adalah modal sosial yang besar untuk melawan kemiskinan.
"Membangun survivalitas pada diri orang miskin, tidak mungkin kita serahkan pada mereka sepenuhnya. Mereka butuh dukungan organisasi pemerintahan yang berperan sebagai pelaksana kebijakan penanggulangan kemiskinan. Karena itu, setiap unit kerja penanggulangan kemiskinan pada tingkatan apapun di pemerintahan, wajib dan mutlak harus memiliki karakter kepemimpinan yang baik dan budaya organisasi yang kuat terlebih dahulu," kata Dr H Iswandi.
Menurutnya, tanpa karakter kepemimpinan yang baik dan budaya organisasi yang kuat, unit kerja penanggulangan kemiskinan tidak mungkin dapat menjadi pendorong tumbuh kuatnya daya tahan orang miskin.
Yang terjadi unit kerja tersebut, tidak lebih dan tidak bukan hanya pelaksana teknis bantuan dan program yang bersifat administratif belaka, tanpa ada transformasi karakter di dalamnya.
Akibatnya tidak tercipta efektifitas penanggulangan kemiskinan yang hendak dicapai.
"Efektivitas penanggulangan kemiskinan akan terjadi jika pendekatan ekonomi dan penguatan daya tahan orang miskin, menjadi satu paket penanggulangan kemiskinan yang komprehensif," katanya.
Untuk itu, tandas Iswandi, yang utama dan pertama adalah membangun karakter kepemimpinan yang baik dan budaya organisasi yang kuat pada tiap satuan dan unit kerja penanggulangan kemiskinan.
Setelah itu setiap unit kerja ikut mendorong tumbuh kuatnya survivalitas orang miskin melawan kemiskinannya.
"Jika ini yang berjalan, kita menyakini kerja-kerja penanggulangan kemiskinan bisa lebih efektif. Tepat sasaran dengan hasil yang optimal," papar Dr Ir H Iswandi.
No comments:
Post a Comment