Terkini Lainnya

Sunday, March 31, 2019

Dirjen PDTu Gelar Festival Budaya Perdamaian di Kabupaten Sumbawa

FESTIVAL PERDAMAIAN. Dari Kiri kekanan : Hasrul Edyar (Direktur Penanganan Daerah Pasca Konflik), Sugito (Setditjen PDTu), Mahmud Abdullah (Wakil Bupati Sumbawa), Anwar Sanusi (Sekjen Kemendesa PDTT), Aisyah Gamawati (Dirjen PDTu Kemendesa PDTT). (Foto: Istimewa)


SUMBAWA - Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT), Sabtu (30/3) mengadakan Festival Budaya Untuk Perdamaian yang digelar di di desa Dete, Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tahun ini, akan dilaksanakan acara serupa di 24 kabupaten lain yang merupakan lokasi tematik di Indonesia.

"Acara Festival Budaya Untuk Perdamaian merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melestarikan adat istiadat dan budaya dalam menjaga pembangunan perdamaian dan kebhinnekaan Indonesia," kata Anwar Sanusi, Sekjen Kemendesa PDTT, saat pembukaan acara.

Anwar Sanusi mengatakan, Pranata adat itu manifestasinya macam-macam.

Contohnya, kekuatan adat yang mencerminkan adanya satu sistem atau simbol dimana apabila ada perselisihan, masyarakat bisa menyelesaikan dengan adat dan budaya. Apabila terjadi konflik, mereka bisa mengelola konflik tersebut dan dapat menemukan solusi yang menguntungkan kedua-belah pihak.

"Kami sangat yakin pranata adat mempunyai ikatan sosial yang bisa menyelesaikan konflik sosial. Hakikat dari  undang-undang desa dimana kita mengakui, merekognisi kekuatan-kekuatan yang sudah eksis di tengah-tengah masyarakat untuk menjadi semacam kekuatan sosial di masyarakat," kata Anwar Sanusi.

Aisyah Gamawati, Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu) Kemendesa PDTT menambahkan, Festival Budaya Perdamaian tahun 2019 ini melibatkan unsur-unsur Kemendesa PDTT, kementerian/lembaga lain, pemerintah daerah, pemerintah desa, dan organisasi atau kelompok masyarakat yang bertujuan untuk penguatan pranata adat pada lingkup daerah.

Sumbawa menjadi salah satu daerah dari 24 daerah di Indonesia yang menjadi sasaran festival ini.

Walaupun daerah ini terdiri dari berbagai suku, namun konflik tidak ada, karena masyarakat Sumbawa memiliki pranata adat.

"Pranata adat inilah yang akan kami dorong menjadi lembaga adat yang mampu menjadi arena tempat untuk menyelesaikan setiap persoalan yang terkait dengan masyarakat di tingkat bawah," kata Aisyah Gamawati.

Ia menambahkan, hal ini akan dijadikan model bagi Kemendesa PDTT untuk menyampaikan kepada masyarakat publik bahwa keberagaman adat yang dimiliki daerah merupakan kekuatan luar biasa dalam membangun perdamaian dan kohesi sosial masyarakat lokal setempat sekaligus sebagai fundamen utuhnya integrasi bangsa.

"Sehingga Kemendesa PDTT melalui Ditjen PDTu akan berupaya melakukan pembinaan pranata adat di daerah lokasi sasaran secara berkelanjutan," tegasnya.

Sementara, Wakil Bupati Sumbawa, Mahmud Abdullah mengatakan, Sumbawa merupakan miniatur Indonesia. Warga Sumbawa hidup di tengah-tengah perbedaan suku, agama, budaya.

"Saya sangat bangga semua warga Sumbawa mampu terus menerus menjaga persatuan dan kesatuan sebagai Bangsa Indonesia," katanya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, festival budaya ini bisa menjadi sarana masyarakat Sumbawa untuk bisa lebih saling mengenal dan mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah yang terjadi di desa.

“Masalah di masyarakat akan selalu ada, yang penting adalah bagaimana cara kita untuk menyelesaikan masalah tersebut, yang tentunya harus diselesaikan dengan budaya yang berlaku," katanya.

Pihaknya berharap agar festival ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Sumbawa dalam menjaga keharmonisan dan perdamaian.

"Agar kita dapat hidup rukun dan damai, serta dapat melestarikan nilai-nilai budaya asli Sumbawa,” katanya.

Banyak Atraksi Seni Budaya dalam Festival

Festival Budaya untuk Perdamaian di Sumbawa tahun 2019, diisi dengan beragam penampilan aneka budaya dan kesenian asli Sumbawa seperti kesenian Marantok dimana ada 36 ibu-ibu yang memakai baju adat Sumba akan memainkan 6 buah alat tumbuk padi.

Ada juga kesenian Sakeco yaitu seni tembang syair lawas Sumbawa.

Selain itu, festival akan diisi dengan  penampilan dari Flobamora yaitu saudara-saudara dari Nusa Tenggara Timur (Flores, Sumba,Timor dan Atambua) yang telah tinggal menetap di Sumbawa.

Mereka akan menampilkan tarian gaya adat Timor yang menggambarkan kekayaan adatnya.

Selain kesenian, hadir juga Bumdes dari 4 desa, yaitu Dete, Lape, Hijrah, dan Labukuris yang mempromosikan penganan-penganan lokal. (*)

No comments:

Post a Comment