Terkini Lainnya

Monday, March 11, 2019

Kembalikan Kejayaan Mutiara, IPI NTB Gagas Destinasi Wisata Edukasi "Lombok Pearl"

RAKERDA IPI NTB. Ketua Divisi Humas dan Sosialisasi IPI NTB, Gede Gunanta dan Ketua IPI NTB Akhmad Paozi, dalam Rakerda IPI NTB di Hotel Bidari, Mataram. (Foto: Istimewa) 


MATARAM - DPD Insan Pariwisata Indonesia (IPI) Provinsi NTB mengagas pengembangan destinasi wisata edukasi "Lombok Pearl", di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ketua Bidang Humas dan Sosialisasi DPD IPI NTB, Gede Gunanta mengatakan, gagasan itu muncul karena IPI NTB ingin mengembalikan kejayaan Mutiara Lombok yang dulu sempat kuat menjadi ikon pariwisata NTB.

"Kita inisiasi gagasan membangun destinasi wisata edukasi Lombok Pearl. Ini bisa menjadi destinasi baru yang mengangkat kembali Mutiara Lombok sebagai ikon pariwisata kita," kata Gede Gunanta di sela Rakerda DPD IPI NTB, Senin (11/3) di Hotel Bidari Mataram.

Ia memaparkan, selama ini NTB dikenal luas ke mancanegara sebagai penghasil South Sea Pearl atau Mutiara Laut Selatan dengan kualitas unggul di Indonesia.

Di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mutiara juga ditetapkan sebagai ikon pariwisata Lombok, yang ditandai dengan event Internasional Pearls Auction dan Ajang Pemilihan Ratu Mutiara pada rentang tahun 2009-2012 silam.

Namun, nasib Mutiara yang sempat menjadi andalan penghasil devisa NTB, kini semakin redup dan lemah, karena tidak didukung oleh adanya kualitas mutiara terbaik. Selain itu kurangnya promosi, inovasi dan kreatifitas dalam hal pemasaran juga memperburuk kondisi tersebut.

"Dulu wisatawan kalau ke Lombok pasti berpikir beli Mutiara di Lombok. Tapi sekarang ikon ini seperti hilang," katanya.

Gede Gunanta menjelaskan, konsep Destinasi Wisata Edukasi "Lombok Pearl" yang digagas IPI NTB ialah sebuah kawasan yang akan memadukan destinasi wisata pantai dengan budidaya mutiara laut selatan yang lengkap dari proses pembibitan hingga terpajang di galery pameran.

Menurutnya, kawasan ini sangat ideal jika dibangun di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah. Sebab, dengan keberadaan Destinasi Wisata Edukasi "Lombok Pearl" ini, akan lebih mendorong Lombok sebagai destinasi wisata dunia.

Gede Gunanta mengatakan, IPI NTB memiliki tenaga ahli budidaya mutiara dengan kualifikasi terbaik dan pengalaman luas baik dalam hal bermitra dengan perusahaan asing (Jepang, Australia), sebagai konsultan budidaya maupun dalam hal mengelola usaha sendiri.

"Bersama Pemerintah Daerah, IPI NTB dari sisi teknologi dan pemasaran siap mewujudkan "Lombok Pearl" sebagai New Tourist Destination," katanya.

Ia memaparkan, untuk gagasan ini, IPI NTB sudah melayangkan surat kepada Gubernur NTB dengan tembusan kepada Menteri Kordinator Kemaritiman, Menteri Pariwisata, Menteri Kelautan dan Perikanan, Direktur Utama ITDC, dan sejumlah pejabat terkait lainnya.

"Kami sudah bersurat, karena KEK Mandalika kan pengelolaannya BUMN dalam hal ini ITDC. Tapi, kami yakin jika ada good will dari Pemda NTB hal ini bisa terwujud," katanya.

Secara teknis, papar Gede Gunanta, IPI NTB hanya membutuhkan lahan sekitar 5 are yang akan digunakan untuk membangun laboratorium, galery, dan restauran. Selain itu akses pantai dan laut untuk keperluan budidaya mutiara.

Nantinya, para wisatawan yang berkunjung ke kawasan The Mandalika, dapat merasakan dan berinteraksi langsung tentang bagaimana proses budidaya kerang mutiara, proses penyuntikan nukleus mutiara, dan juga bagaimana memanen mutiara laut selatan.

Mereka juga bisa melihat pameran produk mutiara di galery yang tersedia, ditambah bisa menikmati hidangan di restauran dengan menu khusus kerang laut.

"Destinasi wisata edukasi Lombok Pearl ini pasti akan mengembalikan kejayaan Mutiara kita yang kini redup," katanya.

Gede Gunanta mengatakan, untuk memaparkan konsep Destinasi Wisata Edukasi "Lombok Pearl" ini, IPI NTB akan menemui Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah dalam sebuah audienci bersama IPI.

Jajaran IPI NTB berharap Pemerintah Provinsi NTB dan ITDC bisa mempertimbangkan hal ini demi kemajuan pariwisata NTB ke depan.

No comments:

Post a Comment