Terkini Lainnya

Thursday, February 14, 2019

Okupansi Hotel di Mataram Terimbas Harga Tiket Pesawat Mahal

Ketua Assosiasi Hotel Mataram (AHM) Ernanda Dewobroto. (Foto: Aryati)


MATARAM - Asosiasi Hotel Mataram (AHM) mengeluhkan harga tiket pesawat yang mahal dan kebijakan bagasi berbayar. Kondisi ini menyebabkan tingkat hunian atau Okupansi Hotel menjadi 31 persen.

"Kondisi harga tiket yang mahal ini telah mengakibatkan berkurangnya perjalanan masyarakat yang berakibat menurunnya hunian ," kata Ketua AHM, Ernanda Dewobroto, Kamis (14/2) di Mataram.

Menurutnya, jika dibandingkan tahun lalu, okupansi Hotel di Mataram berkisar di antara 44 persen.

"Kita hitung dari Januari 2018 sebelumya, (dengan kurun yang sama) sekarang berbeda, kisarannya turun hingga 13 persen. Ini perbandingan Januari 2018-Januari 2019," katanya.

Ia mengatakan, maskapai beralasan bahwa harga avtur (bahan bakar pesawat) yang tinggi adalah penyebab mahalnya tiket pesawat. Sehingga mau tidak mau pihak maskapai harus mencari cara dengan menaikan harga.

"Karena perusahaan Maskapai kan swasta, bukan milik negara jadi mereka punya hak untuk itu," katanya.

Selain harga tiket yang mahal, kebijakan bagasi berbayar, juga telah menyebabkan menurunnya omzet pelaku UMKM. Khususnya, pelaku bisnis produk oleh-oleh atau buah tangan.

"UMKM yang berbisnis di bidang oleh-oleh sekarng juga sepi peminat. Gimana mau beli oleh-oleh kalau harga bagasinya saja sangat mahal," kata Ernanda.

Ernanda mengatakan, selama ini AHM berupaya membantu dan meningkatkan promosi pariwisata Lombok dan NTB secara umum. Hotel di jaringan AHM juga sudah menggadakan diskon dan benefit lainnya untuk tamu.

"Namun, untuk saat ini kami merasa percuma, karena walaupun harga kamar  murah atau banyak promosi dari kita, tapi jika harga tiket dan bagasi berbayar akhirnya orang-orang lebih memilih tinggal di rumah daripada harus liburan ke luar daerah," katanya.

Ia berharap pemerintah dapat segera mencarikan solusi terhadap kondisi yang ada saat ini. MP05/Yat

No comments:

Post a Comment