MATARAM - Lombok Travel Mart (LTM) ke VI yang akan digelar pada 1 - 3 Maret 2019 di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, menjadi salah satu upaya kongkrit jajaran Assosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPII) Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam mendorong pariwisata NTB bangkit.
Sekitar 150 buyers domestik dan mancanegara dipastikan akan bertemu dengan tak kurang dari 40 sellers dari NTB, pada sesi table top. buyers mancanegara yang dipastikan datang dari Malaysia, Singapura, dan Korea.
Dalam pertemuan business to bussiness (B to B) ini sejumlah paket wisata di Lombok, NTB akan terjual dengan estimasi target transaksi mencapai nilai Rp20 Miliar, sebuah angka yang nyaris sama dengan dana recovery yang digelontorkan pemerintah pusat melalui Kemenpar RI untuk membantu recovery pariwisata NTB di triwulan terakhir tahun 2018 lalu.
"Tapi memang (berdasarkan pengalaman) biasanya, pertemuan table top B to B ini tidak langsung menghasilkan transaksi, karena setidaknya 3 sampai 4 bulan setelah table top baru kelihatan hasilnya. Tapi bagi kami setidaknya pertemuan ini membuka peluang besar untuk paket-paket wisata kita terjual. Ini bagian upaya kami mendorong NTB bangkit kembali," kata Sekretaris ASPII NTB, Badrun, di sela rapat persiapan panitia LTM VI, Senin (25/2) di Leko Coffee Shop Mataram.
Badrun mengatakan, dari pengalaman sebelumnya pasca LTM para buyers yang sudah melihat langsung potensi akan membuat paket-paket wisata yang dipasarkan dua atau tiga bulan berikutnya.
Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya selalu ada dampak positif terhadap kunjungan wisata, setiap kali LTM ini digelar, sekaligus mendorong pertumbuhan di destinasi wisata baru.
Rapat pematangan LTM VI dipimpin Ketua Panitia, Leja Kodi dan dihadiri sejumlah anggota ASPPI NTB yang umumnya pengusaha travel agent.
Meski dikemas informal, santai sambil ngopi, ide dan gagasan yang muncul dari para pelaku pariwisata ini cukup menarik, taktis dan jauh dari kesan bertele-tele. Mulai dari bagaimana menyiapkan venue kegiatan di Desa Bonjeruk, atraksi apa saja yang disuguhkan, hingga hal detil soal kenyamanan para tamu, buyers selama berada di Lombok.
"Ibaratnya, kalau pun venue kita di tengah persawahan tapi jangan sampai para tamu melewati jalan berlumpur. Kita ingin menunjukan pada mereka bahwa Lombok memang nyaman (untuk berwisata). Dan LTM VI tahun ini juga beda dengan tahun sebelumnya, kalau sebelumnya peserta table top kita kenakan biaya, tahun ini benar-benar gratis, free untuk mempercepat NTB bangkit," kata Ketua Panitia LTM VI, Leja Kodi.
Ingoe - sapaan abrab Leja Koji, mengatakan sejak pertama digelar LTM I pada 2014 silam, ASPPI bertekad menjadikan ajang pasar wisata ini sebagai wahana untuk megangkat dan mempromosikan destinasi baru pariwisata di NTB.
Lewat LTM VI tahun ini digelar yang dengan tema besar "Hisrorical Bondjeroek", ASPPI ingin mengangkat potensi wisata sejarah dan budaya di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah.
BACA JUGA : Gelar Lombok Travel Mart di Bonjeruk, ASPPI NTB Promosikan "Desa Rasa Belanda" di Lombok Tengah
Ini merupakan kali pertama LTM digelar dengan nuansa beda. Sebelumnya pada LTM I 2014 silam, ASPPI NTB mencoba mempromosikan kawasan Sekotong di Lombok Barat, LTM II 2015 kawasan Gunung Tunak di Lombok Tengah, LTM III 2016 kawasan Pantai Pink di Lombok Timur, LTM IV 2017 kawasan Gili Air di Lombok Utara, dan LTM V 2018 kawasan Benang Setokel di Lombok Tengah.
"Ini LTM yang ke VI, kita coba angkat sesuatu yang berbeda. Kita ingin mengangkat potensi heritage, di Desa Bonjeruk ini masih banyak peninggalan (masa penjajahan) Belanda yang bisa jadi destinasi baru," katanya.
Tak hanya mengeksplore potensi Desa Bonjeruk saja, semangat Historical Bondjeroek dalam LTM VI ini juga akan memberi akses promosi untuk beberapa destinasi di Lombok.
Misalnya, Taman Narmada di Lombok Barat yang dipilih sebagai venue Gala Dinner. Para peserta juga akan diajak tour wisata ke desa wisata seperti Desa Sade dan Ende di Lombok Tengah, dan juga Kawasan Khusus Ekonomi (KEK) Mandalika.
Rupanya gayung bersambut. Potensi desa, keindahan alam dan keunikan ragam budayanya nampaknya memang menjadi trend baru pilihan berwisata.
Anggota ASPII NTB, Suriani mengatakan, sebelum LTM VI digelar saat ini pun sudah cukup banyak relasinya, travel agent domestik di sejumlah kota besar menanyakan tentang Desa Bonjeruk.
"Ya kami optimis pasar menyambut. Karena saat ini saja sudah banyak yang menanyakan," kata Suriani yang juga owner Lombok Culture Tour and Travel.
Ia berharap LTM VI nanti bisa berdampak positif bagi percepatan upaya recovery pariwisata di NTB ini.
Sepanjang rapat persiapan pemantapan LTM VI yang digelar di Mataram, sejumlah manajemen hotel di Mataram juga nampak datang memastikan keterlibatan mereka sebagai sellers.
Assisten Sales Manager Lombok Astoria Hotel, Munawar mengatakan, LTM VI sangat menarik dan bisa membantu mendongkrak angka kunjungan wisata ke Lombok pada bulan-bulan selanjutnya.
"Bagi kami ya menarik, di mana travel agent dari luar bisa bertemu dengan pelaku wisata di Lombok ini dan langsung melihat destinasi dan kondisi Lombok yang sudah benar-benar normal dan aman dikunjungi," katanya.
No comments:
Post a Comment