Kepala Dinas Perdagangan NTB, HJ Putu Selly Andayani. (Foto: Ariyati Astini) |
MATARAM - Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Hj Putu Selly Andayani mengatakan Dinas Perdagangan NTB menerima bawang putih eks impor masuk ke wilayah NTB.
Hal ini untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan bawang putih di NTB di bulan Ramdahan mendatang, sekaligus mengantisipasi harga bawang putih lokal yang mulai bergerak naik cukup tinggi.
“Ini dilakukan untuk menghadapi bulan puasa. Bawang putih eks impor itu tujuannya adalah menstabilkan harga,” kata Hj Putu Selly Andayani, Senin (1/4) di Mataram.
Selly menjelaskan harga bawang putih lokal saat ini cukup tinggi hingga mencapai Rp60ribu-Rp80 ribu per Kilogram.
Sedangkan harga bawang putih eks impor seharusnya Rp15-18 ribu per Kilogram, namun naik menjadi Rp30 ribu per Kilogram saat ini.
"Bawang putih ex impor, biasanya hanya berkisaran Rp 15-18 ribu perkilo. Maka dari itu pemerintah pusat meminta mengimpor bawang putih, agar kebutuhan jelang puasa tercukupi dan harga tetap stabil," katanya.
Ia memaparkan, langkah ini juga dilakukan untuk mengantisipasi inflasi gara-gara bawang putih.
Sebab, dengan harga bawang putih mahal tentu hal ini memicu terjadinya di inflasi, di mana jika inflasi terjadi daya beli masyarakat berkurang.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, Disdag menerima masuknya bawang putih impor ke NTB.
Bawang putih yang masuk ke NTB merupakan bawang eks impor, mengingat di NTB tidak ada pelabuhan impor.
Meski sebelumnya Dinas Pertanian dan Perkebunan mengklaim ketersediaan bawang di NTB surplus.
Namun harga bawang di pasar justru cukup tinggi, lantaran masyarakat beralih menggunakan bawang eks impor dibandingkan dengan bawang lokal.
Terkait hal ini, Selly menegaskan jika kondisi di NTB surplus tentunya harga dapat lebih murah.
“Kalau memang surplus bisa tidak harga sampai Rp20 ribu bawang lokal, jangan masyarakat kita diberatkan untuk beli bawang putih harganya Rp60-80 ribu,” jelasnya. MP05/Ari
No comments:
Post a Comment