PASAR SENI. Kondisi sepi di Pasar Seni Senggigi, Lombok Barat, Sabtu (2/3). Pedagang mengeluh dan hanya bisa pasrah. (Foto: Ariyati Astini) |
LOMBOK BARAT - Suasana kawasan wisata Senggigi, nampak lengang Sabtu (2/3) sore, sepi wisatawan.
Proses recovery pariwisata dengan anggaran cukup besar mencapai Rp20 Miliar, belum mampu mengungkit tingkat kunjungan wisata ke daerah ini sejak gempa melanda Juli-Agustus 2018.
Memasuki bulan ke enam, jangankan menyentuh sektor UMKM, pedagang kecil di lingkar kawasan, daya recovery yang tanpa arah juga tak mendampak pada pertumbuhan rerata okupansi hotel yang sudah sangat ramah dalam membanting harga.
Kondisi yang sama selama beberapa bulan terakhir selalu mencari kambing hitam; low season, trauma pasca gempa, dan harga tiket pesawat yang mahal.
"Katanya ini karena tiket mahal, kita juga nggak paham. Tapi yang jelas, sejak gempa bumi dulu, sampai sekarang masih sangat sepi (pengunjung)," kata Marzuki (52) salah seorang pedagang di Pasar Seni Senggigi, Lombok Barat.
Marzuki termasuk satu dari sedikit lapak di Pasar Seni Senggigi yang bertahan buka dalam kondisi sepi, Sabtu (2/3), karena tak punya pilihan.
Untung-untungan saja. Sebab, menutup lapak baginya berarti menutup kesempatan dapur rumah bisa tetap mengebul.
"Dulu, meski low season sesepi-sepinya masih bisa dapat (omzet) Rp400 ribu-Rp500ribu perhari. Tapi saat ini, sudah berbulan-bulan, kita untung-untungan saja lah yang penting bisa bertahan (hidup). Kadang sepekan hanya satu dua (wisatawan) yang datang," tutur Marzuki yang sudah berbisnis kecil di Pasar Seni Senggigi sejak 1997 ini.
Di sudut lain Senggigi, pedagang kuliner Sate Bulayak, Johariah (48) juga mengaku harus pasrah menghadapi masa-masa sulit beberapa bulan belakangan.
Bukan saja wisatawan domestik dan mancanegara yang sepi, wisatawan lokal pun cenderung tak seramai dulu menghabiskan rekreasi mereka di kawasan Senggigi.
"Dulu ramai sebelum gempa, sehari terutama akhir pekan bisa habis sampai belasan kilo (Kg) daging Sapi atau ikan. Tapi sekarang menyusut sekali, kita jualan untuk tutup kebutuhan dapur saja sudah lumayan," kata Johariah.
Marzuki dan Johariah merupakan satu dari banyak pelaku UMKM di kawasan Senggigi yang menggantungkan nasib dan harapan pada kunjungan wisatawan.
Mereka berharap ada upaya Pemda Lombok Barat dan Pemprov NTB mengadakan kegiatan-kegiatan yang meramaikan kembali kawasan Senggigi seperti dulu.
Kondisi yang dialami Marzuki dan Johariah sebenarnya bisa terbantu, kalau saja ada lebih banyak kegiatan digelar di kawasan Senggigi di pusat-pusat rekreasi.
Tak harus berskala internasional seperti MotoGP yang menghadirkan legendaris Valentino Rossi.
"Pernah ada sepeda dan senam masal, itu sudah sangat membantu. Setidaknya ada yang datang, ramai, dan dagangan kita bisa laku," kata Johariah.
Akhir pekan menjadi barometer alami mengukur tingkat keramaian destinasi wisata termasuk di kawasan Senggigi, Lombok Barat. Toh, faktanya memang masih sepi pasca recovery.
Di sektor perhotelan, kondisi ini tentu terasa. Meski masih secara malu-malu diakui.
"Okupansi masih berkisar 30 persen, dan kami masih terus menawarkan promo dan harga special sampai kondisi (pariwisata) kembali normal," kata Assisten Manajer Pemasaran Sheraton Senggigi Beach Resort, Mayang Kristi.
Mayang mengatakan, dua pekan ke depan bisa ada optimisme dengan liburan Hari Raya Nyepi. Sebab biasanya, wisatawan yang berlibur di Bali, akan pindah ke Lombok untuk beberapa hari.
Sheraton Senggigi Beach Hotel juga menyediakan paket promo untuk kuliner khas Lombok demia menyiapkan peluang limpahan wisatawan itu.
Di Hotel Jayakarta, akhir pekan ini nampak ramai dengan sejumlah kegiatan MICE yang digelar di sana.
Untuk menjaring minat wisata lokal, Hotel Jayakarta meluncurkan promo Pizza dan renang. Dengan membeli dua paket Pizza berbagai ukuran seharga Rp80 ribu, tamu sudah bisa menikmati renang di kolam mewah hotel.
"Kami coba tawarkan yang paling baik. Alhamdulillah banyak yang support, dan ada beberapa kegiatan yang meningkatkan okupansi akhir pekan ini," kata GM Hotel Jayakarta, Cherry.
Ketua Assosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) NTB Ahmad Ziadi mengatakan, perlu digagas event-event lokal yang mampu mengundang minat masyarakat berekreasi di kawasan Senggigi.
"Idealnya kan kita normalkan dulu Senggigi, baru bisa kita promosikan ke luar. Jangan promosi ke mana-mana, tapi faktanya di tingkat lokal pun Senggigi masih sepi," kata Ziadi.
Recovery pariwisata, menurutnya harus dipilah menjadi beberapa sisi prioritas, mulai dari normalisasi kunjungan lokal ke destinasi hingga promosi ke luar daerah dan luar negeri.
Minat wisatawan datang ke Lombok tentu tak akan terbantu dengan promosi, selama masyarakat Lombok sebagai tuan rumah di daerah sendiri masih enggan juga berekreasi ke Senggigi.
Recovery pariwisata akhirnya bukan hanya banyaknya program kepariwisataan yang dihelat dan ditawarkan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pariwisata saja.
Apalagi promosi dan branding berlebihan, yang kesannya hanya membuang-buang anggaran. MP05/Ari
No comments:
Post a Comment