Laras Cilukba menjelaskan objek-objek bersejarah di Kota Bandung, kepada wisatawan penumpang Bandros. |
BANDUNG - Menjelaskan tentang penjara Bung Karno, suara Laras Cilukba (20) yang serak basah seperti membacakan bagian buku sejarah, ketika Bandros melintas di depan bekas kompleks Penjara Banceuy di jalan Sukarno Hatta, Kota Bandung, Minggu (3/2).
Kawasan itu sudah berubah menjadi kawasan niaga. Tapi, cerita dari Laras membuat penumpang Bandros tetap bisa menangkap kisah heroik dari Presiden Pertama RI.
Bagaimana Bung Karno sempat mendekam di penjara pada 1929, hingga peradilan yang dijalani di era penjajahan Belanda tertutur penuh narasi.
"Dulu bangunan itu, yang berjeruji, adalah tempat Belanda penjaga penjara. Tapi sekarang sudah jadi pertokoan," kata Laras menunjuk komplek pertokoan di sekitar bekas Penjara Bung Karno.
Bangunan Penjara Bung Karno hanya satu dari beberapa bangunan bersejarah yang dijelaskan Laras, sepanjang perjalanan Bandros berkeliling ke sejumlah ruas jalan utama di Kota Ini.
Bandros adalah sebutan untuk moda transportasi Bandung Tour on The Bus, paket wisata keliling Kota yang sudah mulai dikembangkan di Kota berjuluk Paris Van Java ini sejak 2013 silam.
Ini semacam mini bus yang dimodifikasi karoserinya menjadi mirip kereta tanpa dinding. Kapasitasnya bisa mengangkut 15 sampai 20 penumpang.
Saat ini ada 18 unit Bandros yang selalu siap melayani wisatawan. Sebanyak 12 unit dikelola Dinas Perhubungan Kota Bandung, dan 6 unit lainnya dikelola Organda.
Minggu sore (3/2) rombongan Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Barat (BI NTB) bersama wartawan sejumlah media di NTB, naik Bandros menuju Bandung Kreatif Hub.
Bertolak dari depan Hotel Bidakara Savoy Homann Bandung, Bandros yang dikemudikan Mang Mumu Sebastian (45), melintas di ruas jalan utama seperti jalan Asia Africa, dan jalan Braga.
Laras sebagai pemandu wisata yang bertugas menyampaikan story telling tentang objek-objek yang dilintasi sepanjang perjalanan.
Lulusan SMK Negeri 1 Bandung ini juga menjawab dengan ramah jika ada penumpang yang bertanya.
Dari cerita Laras yang mengalir mengikuti rute Bandros, Kota Bandung benar-benar menarik.
Perubahan drastis penataan Kota ini dimulai sejak Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menjabat Walikota Bandung.
Ada cukup banyak ruang-ruang publik yang disediakan untuk berekspresi. Lapangan di Balai Kota yang tadinya terkesan eksklusif dibuka untuk masyarakat dan kini menjadi lokasi rekreasi yang menarik.
Taman-taman Kota juga ditata dengan desain dan konsep tematik.
"Ada banyak taman tematik di Bandung, mulai untuk anak-anak, millennials, sampai ada taman Lansia," kata Laras.
Sudut sebuah perempatan di Kota itu juga menyediakan kolam renang anak di tengah tamannya.
Suasananya selalu ramai setiap siang hingga menjelang petang, khususnya di akhir pekan.
"Ini dibuat untuk mengingatkan kita bahwa dulu anak anak bermain air, mandi di sungai, bukan main gadget seperti sekarang. Dengan kolam ini pak Ridwan Kamil (Walikota Bandung saat itu) ingin agar anak anak kembali mendapat wadah mengekspresikan dunia mereka, bukan main mobile legend di smartphone," kata Laras.
Di bagian jalan Asia Afrika sejumlah anak muda menggunakan beragam costplay berdiri berjarak tertentu.
Dengan kostum hantu menyeramkan, superhero, hingga kostum permaisuri kerajaan, mereka menjadi objek foto selfie yang kini tak bakal dilewatkan wisatawan.
Awalnya komunitas costplay ini dirangkul oleh Dinas Pariwisata Kota Bandung. Tapi saat ini, mereka sudah mampu mandiri dan berkontribusi untuk sektor pariwisata di Kota ini.
Bagi warga Bandung, sosok Ridwan Kamil dikenal sangat visioner. Ide dan gagasannya selalu kreatif dan nyaris tak pernah ada yang memikirkan sebelumnya.
Mang Mumu Sebastian dan Laras Cilukba juga mengakui itu.
"Ya contohnya Bandros ini. Konon ini terpikirkan setelah pak Ridwan Kamil berkunjung ke Paris dan melihat bus wisata kota disana. Nama Bandros juga dipilih melalui sayembara," kata Mang Mumu.
Sepulang dari Paris, ide membuat wahana rekreasi kota itu pun segera direalisakan di Kota Bandung.
Bandros sendiri merupakan nama jajanan tradisional Bandung yang mirip dengan kue pancang.
Namun jika akronim ini diterjemahkan menjadi Bandung Tour in The Bus.
"Orang Bandung memang suka menyingkat nama, misalnya Cilok itu (dari) Aci Dicolok-Colok, Batagor dari Bakso Tahu Goreng, Cimol dari Aci Digemol Gemol," tukas Laras.
Bandung Tour on The Bus atau disingkat Bandros, kini menjadi alternatif paket wisata berkeliling Kota berjuluk Paris Van Java.
Hal positifnya, wisatawan bisa mengetahui dan menambah wawasan tentang Kota Bandung dan sejarahnya, dan citra Kota Bandung sebagai destinasi yang menonjolkan diferensiasi semakin mudah tercapai.
Sementara hal positif lainnya, di sisi pertumbuhan ekonomi akan lebih banyak pelaku UMKM di Kota ini yang menikmati benefit, lebih banyak juga komunitas anak anak muda yang bisa mengekspresikan diri.
Konsep wisata Kota dengan wahana serupa Bandros di Bandung, kini juga dikembangkan di Solo, Yogyakarta, dan Malang, dan Semarang.
Menurut Mang Mumu, contoh Bandros di Bandung dikirimkan Pemkot Bandung ke daerah lain itu.
"Saya pikir paket wisata Kota seperti ini akan menarik juga bila bisa dikembangkan di Kota Mataram," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTB, Achris Sarwani.
BI NTB menggelar pelatihan untuk wartawan ekonomi dari NTB 2-5 Februari di Kota Bandung.
Selain menambah wawasan tentang kebijakan moneter dan kondisi ekonomi nasional, pelatihan digelar di Bandung agar bisa mengkomparasi dan menginisiasi hal hal baik yang ada di ibukota Jawa Barat ini untuk bisa diadopsi di daerah Kota dan Kabupaten yang ada di NTB.
No comments:
Post a Comment