Terkini Lainnya

Tuesday, July 2, 2019

NTB Zero Waste Butuh Blueprint agar Tak Hanya Katanya dan Katanya !!

Direktur Bank Sampah Bintang Sejahtera, Ustadz Syawaluddin. (Istimewa)


MATARAM - Sampah dan kebersihan, bisa menjadi sorotan, di tengah program NTB Zero Waste yang tengah digalakkan di Nusa Tenggara Barat.

NTB Zero Waste sudah dilaunching sebagai salah satu program unggulan Pemerintah Provinsi NTB di bawah kepemimpinan Gubernur Dr H Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah.

Sejumlah rapat koordinasi tingkat pimpinan, pertemuan antar Pemda, dan sosialisasi-sosialisasi sudah dilakukan. Toh faktanya, hingga saat ini konsep NTB Zero Waste masih sekadar "katanya" dan "katanya", belum riil bentuknya seperti apa dan teknis pelaksanaannya bagaimana.

Tumpukan dan serakan sampah masih sangat mudah dilihat, bahkan ketika melintasi jalan-jalan utama di Lombok dan Sumbawa, NTB. Sesuatu yang sangat kontradiktif dengan semangat program NTB Zero Waste.

"NTB alamnya bagus, indah. Sembalun itu luar biasa. Tapi yang masalah kami lihat ialah sampah ya. Kebersihan. Kemarin sepanjang perjalanan Mataram sampai Sembalun itu, kami banyak melihat sampah berserakan di pinggir jalan di beberapa titik. Ini kan kurang indah," kata Yan Acup, Ketua BSCB MC Bali.

Bersama lebih dari 300 pemotor tua dari sejumlah Kota di Indonesia, Yan melakukan touring kemanusiaan ke Sembalun, Lombok Timur, untuk program trauma healing dan bantuan buku bacaan.

Kesan para pemotor tua ini, alam dan budaya di Lombok sangat menarik. Keindahan Sembalun, kesegaran udara dan tentu saja pesona Rinjani yang nampak membuat mereka sangat senang.

Toh, salah satu dan satu-satunya catatan buruk tentang perjalanan ialah masalah kebersihan. Fasilitas umum, rest area dan toilet di kawasan destinasi wisata, dan juga tumpukan serta sampah yang berserakan sepanjang perjalanan.

Masalah sampah dan kebersihan, juga dikeluhkan masyarakat NTB sendiri. Melalui aplikasi digital NTB CARE, masalah serakan sampah dan kebersihan di destinasi wisata selalu saja mengisi aduan yang masuk setiap pekan.

Warga di Gunungsari, Lombok Barat, pekan lalu melaporkan betapa mengganggunya tumpukan sampah serakannya di sepanjang jalan Gunungsari menuju Pusuk Lombok Utara.

Padahal, jalan itu merupakan salah satu jalan penghubung ke destinasi wisata di Lombok Utara, termasuk tiga Gili eksotis, Trawangan, Air dan Meno, di sana.

Butuh Blueprint Sebagai Panduan

Direktur Bank Sampah Bintang Sejahtera, Ustadz Syawaluddin mengatakan, konsep NTB Zero Waste merupakan konsep yang apik dan potensial yang bisa memengaruhi perkembangan ekonomi dan juga mendukung sektor pariwisata di NTB.

Hanya saja, menurutnya, program besar ini belum bisa maksimal selama belum ada blueprint secara utuh. Petunjuk teknis pelaksanaan program ini harus dimatangkan, agar ke depan NTB Zero Waste tak hanya sekadar "katanya".

"Ya yang pertama menurut kami, pastikan dulu blueprint program ini. Tentang juklak-juknis yang akan menjadi panduan. Karena untuk NTB Zero Waste ini dibutuhkan kolaborasi antar dinas, lintas sektoral. Jadi di sana jelas apa yang harus dilakukan, siapa berbuat apa, timeline dan target-targetnya juga terukur," kata Syawaluddin.

Bank Sampah Bintang Sejahtera merupakan salah satu mitra pemerintah dalam program NTB Zero Waste ini. Namun jauh sebelumnya, usaha yang digeluti Syawaluddin iini sudah mampu menginisiasi berdirinya lebih dari 150 bank sampah Desa di Lombok dan Sumbawa.

Syawaluddin memaparkan, point utama NTB Zero Waste ialah menggugah kesadaran bersama masyarakat tentang pengelolaan sampah mulai dari hulu, di tingkat rumah tangga. Konsep Bank Sampah hanya sebagian kecil dari upaya tersebut, karena dengan bank sampah masyarakat sekitar bisa mulai tergerak untuk memisahkan sampah organik dan anorganik dari rumah tangga.

"Tapi untuk menggugah kesadaran, merubah mindset masyarakat tentang sampah ini memerlukan sosialisasi dan edukasi yang terus menerus. Tidak bisa hanya sekadar dengan bank sampah," katanya.

Ia mendorong agar NTB Zero Waste juga dimasukan dalam kurikulum pendidikan, dari TK hingga Perguruan Tinggi. Selain itu, elemen masyarakat yang berpengaruh juga harus mulai aktif dilibatkan, misalnya tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lembaga-lembaga jejaring seperti kelompok pemuda, PKK dan lain sebagainya.


"Edukasi dan sosialisasi ini penting, karena masalah dasar kita itu adalah masalah kesadaran. Jadi perlu edukasi bukan hanya satu dua kali, bukan sporadis. Kalau kita melakukan clean up dan sebagainya itu kan hanya menyelesaikan masalah di hilir. Memang berguna sebagai kampanye Zero Waste, tapi yang kita ingin itu kita selesaikan di hulu, jangan sampai sampah sudah menumpuk di pantai baru kita clean up," katanya.

Syawaluddin menegaskan, Pemerintah NTB harus mulai menggagas blueprint untuk program NTB Zero Waste ini.

"Perda saya dengar sudah sampai di pembahasan Kemendagri. Nah, blueprint juga harus segera dibuat, ini sangat strategis untuk upaya percepatan," katanya.(*)

No comments:

Post a Comment