Terkini Lainnya

Wednesday, July 3, 2019

Merawat Kebhinnekaan NKRI, Ini Kata TGB !!

Tuan Guru Bajang (TGB) bersama Yenny Wahid saat menghadiri Halal Bihalal yang digelar Peradi di Hotel Pullman, Jakarta. (Istimewa)

JAKARTA -  Ulama kharismatik yang juga mantan Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang (TGB) KH M Zainul Majdi menekankan pentingnya keamanan dalam berbangsa.

Hal tersebut disampaikan TGB dalam acara Halal Bihalal Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah yang digelar Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi), Rabu malam (3/7) di Hotel Pullman, Jakarta. Halal bihalal mengangkat tema "Merawat Kebhinnekaan NKRI".

TGB  mengungkapkan, intisari dari sekian banyak kaidah dalam filsafat hukum Islam yang dirumuskan oleh para ulama dalam rentang waktu sangat panjang, yang paling subtantif adalah keamanan.

"Dari semua kaidah yang disebut sebagai kaidah-kaidah pokok itu kata para ulama, kalau diperas dengan perasan yang paling inti paling subtantif maka dari kaidah itu akan berakhir atau berjumpa pada satu kaidah yaitu Keamanan Sebelum Keimanan. Bukan berarti menomorduakan keyakinan pada Allah bagi yang muslim atau kepada Tuhan YME. Tapi bahwa seluruh ikhtiar untuk menghadirkan tuntunan keimanan dalam kehidupan itu tidak boleh merusak ketertiban sosial, keamanan kolektif yang ada," katanya.

TGB menegaskan, semua ikhtiar untuk mewujudkan masyarakat yang beriman, bertaqwa, religus, agamis, dan sebagainya, itu tidak boleh merusak keamanan dan ketertiban sosial.

Ia memaparkan, doa nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Alquran di surat Al Baqarah dan surat Ibrahim, selalu saja diawali dengan satu permintaan, yakni agar Allah melimpahkan keamanan.

"Nabi Ibrahim ialah ayah dari para nabi. Dari keturunan beliau lahir para nabi yang membaewa Yahudi, Nasrani dan Islam. Dari putranya, Ishak, lahir nabi-nabi dari bani Israil yang membawa Yahudi dan Nasrani. Dari putranya, Ismail, sekian abad kemudian lahirlah Nabi besar Muhammad SAW. Renungan kita, doa nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Alquran itu dimuat di Al Baqarah dan Ibrahim,  selalu dimulai dengan satu permintaan, Ya Allah Tuhanku limpahkanlah tanah ini keamanan. Lalu kemudian berikanlah penduduknya rezeki yang banyak, jadikanlah kami komit dalam tuntunan keimanan yang benar, dan selanjutnya. Jadi, semua doa-doa yang yang baik itu letaknya setelah permintaan Ibrahim tentang keamanan. Tanpa keamanan tidak mungkin bisa kita mewujudkan tujuan-tujuan duniawi maupun bathiniah," katanya.

TGB mencontohkan Syria, negara yang dulu sangat terkenal keindahannya. Di Arab dahulu Syria termasuk kawasan yang dijuluki Hathul Jamal atau Garis Kecantikan, bersama Bosnia, Turki, dan Lebanon.

"Hathul Jamal atau garis kecantikan ini negara-negara yang kita takjub. Walau saya (saat kuliah) di Kairo, pergi ke Syria itu semua indah, alamnya indah, manusianya indah dan segala macamnya. Tapi apa yang ada di pikiran kita sekarang tentang Syria?, yang ada berita-berita tentang pengungsian lebih dari 5 juta orang di sana, karena perang saudara. Jadi, atas nama keimanan, berjihad, tapi mereka hancurkan nikmat yang paling vital yaitu nikmat keamanan itu," katanya.

Menurut TGB, Syria tidak mengambil pelajaran dan pesan penting dari nabi Ibrahim, bahwa nikmat keimanan, kesejahteraan, kemajuan dan kemakmuran, adalah nikmat yang datang berurutan dan akan menjadi konsekwensi logis dari keamanan lahir dan bathin.

TGB mengajak masyarakat Indonesia bersyukur bahwa Indonesia yang berbhinneka Tunggal Ika bisa terus utuh dalam persatuan sebagai bangsa yang besar.

Ia menekankan, Kebhinnekaan dan Toleransi itu bukan untuk mewujudkan kebhinnekaan dan toleransi sebagai tujuan untuk diri sendiri, tetapi bagaimana menjaga kebhinnekaan dan toleransi itu dalam konetks bahwa itu adalah bagian yang tak mungkin tidak ada kalau kita bicara tentang keamanan lahir bathin kita.

"Maka saya mengajak kita semua, usai seluruh pergerakan politik yang menytita energi, mari kita perbanyak syukur sebagai bangsa Indonesia," katanya.

TGB mengungkapkan, melihat sejarah perjuangan bangsa ini ia meyakini bahwa yang ditinggalkan para pendiri bangsa tidak hanya sekadar NKRI dengan seluruh dokumen-dokumen tata yuridis termasuk UUD 1945 dan Panscasila.

Tapi lebih dari itu, para pendiri bangsa ini mewariskan warisan yang tak terlihat namun luar biasa, yakni kehendak baik dan niat baik untuk bersatu bersama-sama dalam wadah NKRI.

"Jadi selain warisan yang terlihat, NKRI dan dokumen-dokumen yang bisa kita baca, sesungguhanya para pendiri bangsa ini juga meninggalkan satu warisan yang tidak terlihat namun tak kalah dengan yang terlihat, yaitu kehendak baik dan niat baik mereka untuk menyatu bersama-sama," tukas TGB.

Ia berharap warisan yang sudah diwariskan oleh para pendiri bangsa Indonesia ini dapat terus dijaga dan dirawat oleh generasi penerus bangsa saat ini.

"Selama kita punya kehendak baik kolektif, maka semua perbedaaan akan kita maknakan sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT kepada kita semua," kata TGB.

Acara Halal Bihalal yang digelar Peradi berlangsung unik karena peserta yang hadir mengenakan busana adat dari berbagai daerah. Acara juga diisi dengan beragam tarian tradisional yang dibawakan oleh anak-anak jalanan yang merupakan binaan Peradi.

Selain menari, anak - anak tersebut juga membawakan lagu - lagu daerah dengan alat musik angklung. Tidak lupa mereka juga membawakan lagu nasional.

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Yenny Wahid mengatakan, bangsa ini harus belajar dari Peradi, meski Peradi terpecah tapi tetap rukun semua. Oleh karena itu Peradi harus lebih menginspirasi bangsa Indonesia. Terkait acara Halal Bihalal yang digelar Peradi merupakan acara yang sangat unik dan khas Indonesia yang tidak ada di negara lain.

"Tradisi Halal Bihalal menurut asal usulnya juga untuk menyelesaikan konflik politisi Indonesia yang meruncing tiga tahun setelah Indonesia merdeka,  tahun 1948. Waktu itu Presiden Soekarno meminta konsultasi dengan KH Wahab Chasbullah, pendiri NU. Kemudian disarankan untuk selenggarakan acara silaturahim halal bihalal," paparnya.

Ketua Umum Peradi, Juniver Girsang mengatakan, Halal bihalal Idul Fitri kali ini bernuansa kebhinnekaan, yang menjadi tanggung jawab pihaknya sebagai advokat.

Kebhinekaan digelar karena Peradi tetap berkomitmen terhadap UUD 1945 dan Pancasila sebagai landasan negara yang tidak bisa diganggu gugat lagi.

"UUD 1945 dan Pancasila menjadi pegangan dalam menjalankan profesi kami, dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Juniver Girsang saat memberikan sambutan.

Menurut Juniver, peringatan Halal Bihalal meningkatkan kebhinekaan. Apalagi Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Keanekaragaman tersebut menjadi tanggungjawab Peradi dalam menjalani kehidupan berbagsa dan bernegara. Apalagi sumpah dari advokat ketika bertugas adalan untuk setia kepada Undang-Undang 45 dan Pancasila.

"Kita tegaskan bahwa Undang-Undang 45 dan Pancasila harus kita jaga. Inilah makna Halal Bihalal dan kita bersilaturahmi saling memaafkan jika ada sesuatu yang tidak baik tahun-tahun sebelumnya hari ini kita tutup.  Kita buat lembaran baru yang lebih baik," katanya.

No comments:

Post a Comment