H Rohman Farly (HRF). |
MATARAM - Pesatnya pertumbuhan penduduk dan gelombang urban ke perkotaan menjadi tantangan tersendiri untuk perencanaan dan pembangunan tata ruang perkotaan.
Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa menjadi faktor penghambat kemajuan dan juga sekaligus memicu peningkatan angka kemiskinan perkotaan.
"Fenomena ini terjadi di semua Kota besar. Ini juga bisa saja terjadi di Kota Mataram, di mana pertumbuhan penduduk dan tingkat urbanisasi tinggi, sementara ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan sulit diraih," kata H Rohman Farly, Rabu (11/9) di Mataram.
Pria kelahiran Rembige yang saat ini menjabat Sekda Lombok Timur mengungkapkan, menangkap fenomena lazim pertumbuhan kota ini, perlu strategi perencanaan dan pembangunan rata ruang yang mengakomodir dan mengantisipasi potensi permasalahan.
Salah satu yang ditawarkan adalah konsep pembangunan tata ruang dan pembangunan kawasan berbasis potensi zonasi.
"Konsepnya terlihat sederhana, ya mirip One Village One Produk di beberapa Desa unggulan nasional. Apa salahnya jika dalam hal tertentu Kota belajar dari Desa?," tukasnya.
Kota Mataram, papar H Rohman Farly (HRF) dengan 6 Kecamatan yang masing-masing punya potensi dan permasalahannya sendiri-sendiri. Tentu hal ini yang perlu dicermati dalam hal perencanaan pembangunan ke depan.
Ia mencontohkan, pendekatan pembangunan untuk kawasan di lingkar pesisir tentu jauh berbeda dengan kawasan di pusat perniagaan, juga sebaliknya.
Pembangunan berbasis potensi zonasi ini, menurutnya, akan memudahkan fokus pengembangan potensi yang ada di setiap zonasi kawasan itu sendiri.
"Misalnya di pesisir masyarakat membutuhkan program yang berkaitan dengan Kelautan dan Perikanan, kemudian yang punya potensi wisata juga bisa disuport dengan kepariwisataan. Sehingga setiap kawasan disentuh sesuai dengan apa yang benar-benar dibutuhkan. Stakeholders yang terkait dengan potensi kawasan juga bisa disinergikan dengan baik, terintegrasi pada akhirnya," tambah Rohman Farly.
HRF menambahkan, dengan pola demikian diharapkan akan tumbuh peluang lapangan kerja di setiap zonasi yang tumbuh dari potensi lokal mereka sendiri.
Selain itu, dalam jangka menengah dan panjang, hal ini akan membantu meminimalisir terjadinya salah sasaran program pembangunan.
"Sehingga apa yang difasilitasi pemerintah itu tidak mubazir karena salah sasaran, dan bisa lebih fokus kepada pengembangan potensi yang ada di kawasan," imbuhnya.
Pembangunan berbasis potensi zonasi, menurut HRF juga akan memudahkan pelaksanaan konsep penataan wilayah pada akhirnya.
Penyediaan fasilitas umum, ruang terbuka hijau, dan juga pusat-pusat industri UMKM bisa lebih ditata dan dimaksimalkan.
Di kawasan pendidikan dan perkantoran, tentu akan berbeda dengan kawasan perniagaan, pusat transportasi seperti terminal, dan lain sebagainya.
"Ke depan, ini juga akan menjadi ikon yang baik untuk Mataram. Jadi pengunjung domestik atau wisatawan luar yang datang bisa punya banyak pilihan," pungkasnya. (*)
No comments:
Post a Comment