Terkini Lainnya

Thursday, June 6, 2019

Tiket Pesawat Mahal Mulai Ganggu Pertumbuhan Ekonomi, Maskapai Asing Belum Pasti Jadi Solusi

Tiket Pesawat Mahal/Ilustrasi.


JAKARTA  -  Harga tiket pesawat tujuan domestik yang mahal masih menjadi sorotan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meniai harga tiket pesawat yang mahal tersebut telah mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Untuk mengatasi hal tersebut, Presiden Joko Widodo sempat mewacanakan mengundang maskapai asing masuk ke Indonesia.

Pasalnya, saat ini penerbangan domestik dikuasai oleh dua grup penerbangan saja, yakni Garuda Indonesia Group dan Lion Air Group.

Hal ini membuat struktur pasar hanya dikuasai oleh dua pemain saja, yang menimbulkan kecenderungan praktik duopoli.

Darmin mengatakan seandainya harga tiket tidak melonjak, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2019 lalu bisa mencapai 5,1%. Harga tiket penerbangan domestik yang tinggi berdampak pada industri  pariwisata di Indonesia.

"Seandainya harga tiket tidak setinggi itu, pariwisata bisa digenjot. Jadi pertumbuhan ekonomi bisa 5,1% di kuartal I kemarin (alih-alih di 5,07%). Tapi karena harga tiket tinggi, pariwisata merosot. Kalau ga ada gangguan itu 5,1-5,2% dapatlah," ujar Darmin saat open house di kediamannya, di Jakarta, Rabu (5/6).

Pada kuartal I-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07%, naik tipis dibanding kuartal I 2018 sebesar 5,06%.

Namun, Darmin juga mengingatkan ada risiko mengundang maskapai asing ke Indonesia, yaitu maskapai dalam negeri akan protes, karena semakin berat menjalankan bisnis.

Sementara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan, pasar penerbangan dalam negeri masih menarik bagi maskapai asing yang ingin beroperasi penuh di Indonesia.

Meski demikian, Budi Karya mengaku tak bisa menjamin penuh keberadaan maskapai penerbangan asing di Indonesia.

Apalagi, jika berkaca pada nasib sejumlah penerbangan asing yang gagal beroperasi di Indonesia.

Ia menambahkan, ke depannya, maskapai harus menata diri.

Ia menilai, saran Presiden untuk maskapai asing adalah saran yang baik karena bukan asingnya, tetapi kompetisinya.

Budi mengungkapkan, maskapai domestik akan mampu bersaing dengan maskapai asing apabila nanti rencana tersebut jadi direalisasikan.

Tapi, jika maskapai asing ingin masuk, harus ada kemitraan dengan pihak lokal.

"Ada ownership harus dengan orang lokal. Tidak mesti dengan orang yang punya bisnis penerbangan," tandasnya.

Di sisi lain, PT Angkasa Pura (AP) II menyatakan kesiapannya untuk mendukung usulan pemerintah terkait dibukanya penerbangan domestik bagi maskapai asing.

Namun, Dirut AP II Muhammad Awaluddin menekankan, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhitungan, misalnya terkait aturan dan regulasi ikutan yang harus disiapkan pemerintah maupun badan usaha angkutan udara.

"Pertama azas cabotage, kedua supaya equal in the same playing field, saya rasa badan usaha udara baru masuk itu juga perlu dipertimbangkan untuk bisa masuk ke wilayah-wilayah perintis, yang juga sudah dilayanani badan usaha eksisting, dengan begitu saya rasa kesetaraan itu bisa terjadi," papar Awaluddin.

No comments:

Post a Comment