Terkini Lainnya

Wednesday, June 26, 2019

Ditlantas Polda NTB Mulai Gunakan Laser Scanner 3D, Kini Olah TKP Lakalantas Lebih Cepat dan Akurat !!

PELATIHAN PENINGKATAN KEMAMPUAN. Wadirlantas Polda NTB AKBP Dessy Ismail SIK saat membuka pelatihan peningkatan kemampuan olah TKP aser Scanner 3D di Direktorat Lalu Lintas Polda NTB. (Istimewa) 

MATARAM - Wadirlantas Polda NTB, AKBP Dessy Ismail SIK mengatakan, proses oleh TKP kecelakaan lalu lintas bisa lebih cepat dan akurat menggunakan Laser Scanner Tiga Dimensi (3D).

"Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia mulai memperkenalkan gawai canggih Laser Scanner 3D ini untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kecelakaan lalu lintas dengan lebih cepat dan akurat," kata Wadirlantas AKBP Dessy Ismail, saat membuka pelatihan peningkatan kemampuan olah TKP Laser Scanner 3D, Rabu (26/6) di Aula Rupatama Ditlantas Polda NTB.

AKBP Dessy Ismail menjelaskan, jika dulu olah TKP kecelakaan lalu lintas dilakukan secara manual, artinya ke lapangan harus bawa kapur, meteran dan sebagainya.

 Namun sekarang dengan Laser Scanner 3D ini bisa merekronstruksi kejadian yang sebenarnya, baik sebelum, saat, dan sesudah kecelakaan.

AKBP Dessy Ismail mengatakan, gawai canggih itu mampu menggambarkan situasi di TKP kecelakaan, mulai dari lubang jalan, cone, hingga batu yang ada jalan.

"Kini kami bisa mengetahui kecepatan kendaraan. Tidak lagi menghitung berapa panjang jejak rem. Kami tinggal masukkan data-data di TKP dia (3D Laser Scanner) bisa berpikir dan mengolah kendaraan itu melaju dengan kecepatan sekian," tambahnya.

LASER SCANNER. Anggota Dirlantas Polda NTB mempraktikan penggunaan Laser Scanner 3D dalam pelatihan. (Istimewa) 

Selain foto, alat ini juga mampu menggambarkan situasi yang ada di TKP dengan mendetail mulai dari pohon, rumah, dan sebagainya dengan area pandang 360 derajat.

Wadirlantas juga mengatakan akurasi alat baru ini dalam mengolah TKP sangat tinggi, bahkan bisa mencapai 90 persen.

"(Ketepatannya) 90 persen. Karena bukti otentik di TKP itu tergambarkan," ujarnya.

Dijelaskan, alat canggih ini adalah buatan Swiss dengan lisensi produksi di Amerika Serikat.

Terkait pemahaman personel terhadap operasional alat tersebut, Dessy Ismail mengatakan 80 persen anggota sudah menguasai penggunaan alat tersebut.

"Sekarang 80 persen. Kami ada video atau animasinya, jadi kalau dia lupa tinggal lihat juga videonya. Caranya seperti apa dan ada juga tutorialnya. Kalau masih ada kesulitan di lapangan tinggal telepon, akan dibantu," tambahnya.(*)

No comments:

Post a Comment