Terkini Lainnya

Wednesday, May 8, 2019

BI Gelar Ngaji Bareng Gubernur NTB dan OPD, Diskusikan Ekonomi Terkini NTB

NGAJI BARENG. Acara Ngaji Bareng Gubernur NTB digelar Bank Indonesia Perwakilan NTB, membahas perekonomian NTB. (Istimewa) 


MATARAM - Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB Achris Sarwani dan Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, secara bersama-sama menjadi pembicara dalam forum bertajuk Ngaji Bareng Pak Gubernur, Perekonomian NTB: Terkini, Ke Depan, dan Tantangannya di di Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB.

Kegiatan dikemas dengan suasana santai namun tetap penuh makna, melibatkan kurang lebih 35 orang yang berasal dari Kepala OPD, Dirut Bank NTB Syariah, dan Kepala BPS Provinsi NTB.

Kepala BI NTB Achris Sarwani mengawali diskusi dengan menampilkan kondisi ekonomi global dan nasional.

"Perbaikan ekonomi global lebih rendah dari perkiraan awal", ungkap Achris Sarwani. WEO memperkirakan PDB Dunia pada tahun 2019 sebesar 3,5%, namun pada April 2019 perkiraan  diturunkan menjadi 3,3%. "Sedangkan pertumbuhan ekonomi  nasional masih di kisaran 5%," kata Achris Sarwani.

Dipaparkan, pada triwulan I 2019, Provinsi NTB jika dibandingkan dengan daerah lainnya di regional Bali Nusra, mencatat pertumbuhan paling rendah yaitu 2,12% (yoy).

Sedangkan Bali dan NTT masing-masing sebesar 5,94% (yoy) dan 5,09% (yoy). Jika dibandingkan dengan Sulawesi Tengah yang tumbuh 6,77% (yoy), yang juga merupakan provinsi terdampak gempa, perekonomian NTB masih tumbuh lebih rendah pada awal tahun ini.

"Memang, gempa bumi yang melanda Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa membawa pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sejak triwulan III 2018 sehingga pada triwulan tersebut ekonomi Provinsi NTB mengalami kontraksi (menurun)," jelasnya.

Kemudian penurunan kinerja ekspor konsentrat tembaga juga sangat mempengaruhi perekonomian paska gempa. Provinsi Sulteng, meski menjadi provinsi yang juga terdampak gempa memiliki pertumbuhan ekonomi yang masih cukup kuat pada triwulan I 2019 sebesar 6,77% (yoy).

Hal ini karena kinerja ekonomi Provinsi Sulteng ditopang oleh daerah di luar wilayah terdampak gempa. Seperti ekspor LNG dan Gas di Luwuk, industri pengolahan nikel di Kabupaten Banggai dan perusahaan nikel serta baja di Kabupaten Morowali.

Dalam kesempatan tersebut juga dibedah bersama pertumbuhan ekonomi. Secara statistik, pertumbuhan ekonomi bisa diukur dari 2 (dua) sisi. Satu dari sisi permintaan (demand side) dan satu dari sisi lapangan usaha (supply side).

Di sisi permintaan, komponennya terdiri dari konsumsi (rumah tangga dan pemerintah), pembentukan modal tetap bruto (investasi), dan net ekspor  impor.  Dari sisi sektor atau lapangan usaha, sebagai contoh sektor pertanian akan dapat tumbuh semakin baik, memiliki nilai tambah yang tinggi tidak terlepas dari peran OPD yang memiliki tugas pokok di bidang pertanian.

Begitu pula sektor-sektor lainnya, tidak terlepas dari peran serta OPD dalam pelaksanaan tugasnya. Dari identifikasi tersebut OPD dapat memiliki pemahaman tentang sektor atau lapangan usaha yang harus di dorong pertumbuhannnya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

Gubernur NTB, Dr H Zulkieflimansyah menjelaskan bahwa salah satu solusi untuk meningkatkan perekonomian Provinsi NTB adalah industrialisasi.

"Industrialisasi harus segera hadir di Provinsi NTB. Industrialisasi memastikan penciptaan nilai tambah ekonomi sehingga mengurangi impor produk-produk yang tidak dapat dihasilkan sendiri, yang di dapatkan dari luar Provinsi NTB (provinsi lain dan luar negeri)," tegas Zulkieflimansyah.

Pada akhir sesi, Achris Sarwani menyampaikan rekomendasi jangka pandek antara lain dengan meningkatkan koordinasi dan peran TPID dalam mengantisipasi periode perayaan HBKN, menjaga ketersediaan bahan bangunan dan tenaga kerja, akselerasi pembangunan huntap, integrasi paket wisata dengan Bali, dan melanjutkan akselerasi belanja derah.

Sedangkan rekomendasi jangka panjang antara lain melalui penguatan SDM untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan daya saing ekspor non tambang, hilirisasi industri pengolahan sumber daya alam dan industrialisasi pariwisata.(*)

No comments:

Post a Comment