MATARAM JAZZ. Panggung Jazz mengisi Mataram Jazz&World Music Festival, ramai meneydot penonton di hari pertama.(MP/Istimewa) |
MATARAM - Perhelatan Mataram Jazz&World Music Festival yang ke-3 dihelat di Taman Sangkareang Kota Mataram menyedot penonton.
Dibuka Wakil Walikota Mataram H Mohan Roliskana dan Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal, Sabtu sore (8/12) perhelatan ini langsung membuat jatuh hati orang nomor dua di Kota Mataram.
Mohan meminta kepada penggagas acara ini untuk membuat acara serupa di tahun 2019. Pemerintah Kota Mataram secara penuh akan mendukung acara tersebut.
"Ini akan menjadi acara tahunan," kata Mohan, disambut tepuk tangan para tamu undangan dan penonton yang hadir di acara pembukaan.
Bertempat di taman yang menjadi ikon kota Maju Religius dan Berbudaya ini, panggung persis di depan gerbang Taman Sangkareang, menghadap ke Hotel Santika.
Jalan di antara Hotel Santika dan Taman Sangkareang menjadi tempat duduk penonton. Sebagian duduk di kursi, sebagian duduk melantai di aspal.
Penonton duduk di trotoar, berdiri mengambil gambar, dan ikut menyanyi dan menari saat lagu yang dimainkan musisi mereka kenal.
Pentas pembuka di atas panggung dimainkan grup Jadeq. Dilanjutkan dengan Don't Tell Mom.
Disaksikan ratusan penonton, mereka tetap enjoy memainkan lagu-lagu yang mereka bawakan.
"Ini kegiatan positif bagi anak-anak. Kegiatan ekstrakurikuler mereka di bidang musik," kata Mohan.
Penampilan ketiga Kambing Session One and Flower. Band ini membawakan lagu-lagu lawas, salah satunya lagu dari Queen.
Dalam salah satu lagu, Wakil Walikota Mataram HM Mohan Roliskana ikut memainkan gitar.
Terang saja ini menjadi pusat perhatian penonton.
Satpol PP, Petugas LLAJ Dinas Perhubungan, dan termasuk para petugas kebersihan yang menonton sore itu tak menyangka pimpinan mereka jago bermain musik.
Penampilan Mohan yang hanya sebentar memainkan gitar memberikan warna tersendiri bagi pembukaan Jazz&World Music Festival.
Mohan mengatakan, kegiatan-kegiatan positif seperti ini harus terus didukung.
Pemerintah Kota Mataram terbuka menerima usulan dari berbagai pihak yang ingin sama-sama memajukan Kota Mataram.
Perhelatan JazZ& World Music Festival yang dipusatkan di Taman Sangkareang ini juga menjadi kampanye bangkitnya warga Kota Mataram dan NTB pada umumnya setelah gempa.
"Panggung di belakang ini pernah menjadi tempat pengungsian," kata Mohan menunjuk ke arah lapangan Sangkareang.
Saat gempa yang terjadi 29 Juli lalu, warga Kota Mataram sudah mulai mengungsi. Ketika gempa besar 5 Agustus, seluruh lapangan di Kota Mataram menjadi lokasi pengungsian.
Lapangan menjadi kampung sementara para pengungsi. Ribuan tenda terpal terpasang.
Ketika gempa berlalu, masih banyak warga bertahan karena masih khawatir.
Pemerintah Kota Mataram berulang kali membujuk warga agar kembali ke rumah.
Pengalaman itu masih membekas di ingatan Mohan.
Karena itulah Mataram kemudian melaunching Mataram Move On.
Masyarakat kembali ke aktivitas mereka, perekonomian kembali bergairah, dan anak-anak muda kreatif kembali menuangkan karya mereka.
"Perhelatan jazz ini menunjukkan kita sudah move on," kata Mohan.
Usai pembukaan di sore hari, panggung kembali diisi pada malam hari.
Dibuka dengan penampilan Sura Dipa yang memainkan beberapa komposisi lagu tradisional Lombok.
Pentas kedua dilanjutkan oleh Neo Decker. Pentas ketiga Jari Etnika mengejutkan penonton.
Band dari Praya Lombok Tengah ini menggabungkan musik gendang beleq, gending, dan suling. Perpaduan musik etnik dan jazz terdengar baru di telinga penonton.
Sejak komposisi pertama hingga menutup penampilan mereka, antusias penonton terlihat ketika mereka meminta Jari Etnika kembali bermain. Penampilan anak-anak muda dari kabupaten yang bermottokan Tatas Tuhu Trasna ini membuktikan musik tradisional Lombok bisa berpadu dengan jazz.
"Tahun depan mereka akan konser ke Eropa," kata Imam Sofian, Ketua Panitia Jazz&World Music Festival.
Penampilan hari pertama ditutup oleh Cerita Fatmawati. Band dari Jakarta ini menggubah kisah Fatmawati dan Presiden RI Ir Soekarno menjadi lagu. Bait lagu itu bercerita dari awal perkenalan, membina rumah tangga, dan biduk rumah tangganya.
Penonton seperti mendengar dongeng yang diiringi musik jazz.
"Wah asyik juga, sambil belajar sejarah ini," komentar Ripaal, mahasiswa Unram yang hadir di Taman Sangkareang sejak awal pementasan.
Perhelatan selanjutnya akan dilangsungkan pada sore ini hingga malam.
Ketua Panitia Imam Sofian mengatatakan, hari ini akan hadir bintang tamu dari Jakarta. Salah satu nama yang cukup dikenal adalah Tohpati. MP04
No comments:
Post a Comment